Desa Jetis

Kec. Nusawungu
Kab. Cilacap - Jawa Tengah

Info
SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI PEMERINTAH DESA JETIS KECAMATAN NUSAWUNGU KABUPATEN CILACAP

Artikel

Sejarah Desa

Administrator

06 September 2022

214 Kali dibuka

Tersedia file lampiran SEJARAH DESA JETIS

Download

 

# LEGENDA DESA #

Panembahan Suranegara (Kyai Asem Mertangga), Pertapan Platar Tengah / Pulau Momongan dan Asal Usul Desa Jetis.

Bertumpu pada kajian sejarah, bahwa Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Panembahan Senopati pada tahun 1575 dan mencapai zaman keemasan pada pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645) dengan wilayah meliputi seluruh pulau Jawa dengan pembagian wilayah sebagai berikut.

  1. Wilayah Kutonegoro (Kutogoro), adalah daerah keraton.
  2. Wilayah Negara Agung, adalah daerah sekitar keraton meliputi Kedu, Bagelen, dan Pajang.
  3. Wilayah mancanegara dan pesisiran.

Berpijak pada pembagian wilayah ini, maka Kadipaten Ayah yang terletak di Kabupaten Kebumen adalah bagian dari wilayah “Kedu”, berbatasan dengan Banyumas dan Cilacap. Menurut silsilah Kadipaten Ayah, Panembahan Lumbung tidak menjabat Adipati melainkan hanya menjabat Kanduruhan IV, yang merupakan bawahan dari Adipati Wirasaba. Kadipaten Wirasaba merupakan bagian dari kekuasaan Mataram Islam. Panembahan Lumbung (Adipati Ayah IV) mempunyai empat orang anak, yaitu:

  1. Kyai Suranegara (Kyai Asem Mertangga);
  2. Kyai Dipanegara (Kyai Asem Ayah);
  3. Kyai Kusumayudha (Panembahan Benda); dan
  4. Putri Wuragil (Nyai Bubulan).

Berkat didikan Panembahan Lumbung yang penuh kasih sayang kepada empat orang anaknya, setelah besar mereka menjadi kesatria yang gagah berani dan berbudi luhur. Sebagai putra tertua, Raden Suranegara lebih mempersiapkan diri untuk menjadi Adipati Ayah. Sementara adiknya, Raden Dipanegara lebih senang bepergian. Ia sering diajak Adipati Wirasaba untuk sowan ke Keraton Surakarta. Tidak mengherankan apabila Raden Dipanegara lebih dikenal oleh orang-orang di kalangan Keraton Surakarta daripada Raden Suranegara.

Suatu hari pada pisowanan Agung di Keraton Surakarta Adipati Ayah IV mengutus Pangeran kedua yaitu Raden Dipanegara mewakili ayahnya yang sedang sakit dan dibekali selembar sapu tangan sakti, pesan dari Adipati Ayah IV yang tidak lain adalah Ayahnya, nanti pada saat pisowanan agar sapu tangan tersebut dikibaskan di depan pisowanan. Sungguh ajaib begitu sapu tangan dikibaskan oleh Pangeran Dipanegara maka berubah wujud menjadi sebuah kelir wayang lengkap dengan perangkat gamelannya. Setelah kejadian tersebut maka Pangeran Dipanegara semakin tersohor di kalangan Keraton Surakarta

Setelah Panembahan Lumbung wafat status Kadipaten Ayah dikembalikan lagi ke Keraton Surakarta. Pada suatu hari sewaktu Pangeran Suranegara (Putera Pertama) sedang beristirahat di Balai Malang datanglah utusan dari Keraton Surakarta dengan membawa layang kekancingan/ beslit (SK). Betapa terkejutnya Pangeran Suranegara karena ternyata yang diangkat sebagai Adipati Ayah menggantikan Ayahnya bukan dirinya, melainkan adiknya yaitu Raden Dipanegara. Sementara dirinya hanya sebagai Pepatih Amangkubumi.

Beberapa hari kemudian, wisuda Jumenengan Adipati Ayah dilaksanakan di mana Adipati Wirasaba bertindak sebagai wakil dari Keraton Surakarta. Dengan peristiwa tersebut Pangeran Suranegara merasa dipermalukan, namun demi kerukunan keluarga Pangeran Suranegara beserta keluarganya dan juga diikuti adik-adiknya berpamitan pindah ke sebelah barat sungai. Disamping adik dan keluarganya, kepindahan Pangeran Suranegara juga diikuti sebagian prajurit yang sangat setia, diantaranya Ki Jawera dan Ki Mertawangsa yang bertugas sebagai pekatik merawat kuda-kuda kesayangan Pangeran Suranegara untuk menuju sebelah barat Sungai Bodo Ijo. Setelah berhasil menyeberangi Sungai Bodo Ijo, rombongan Pangeran Suranegara beristirahat dan menetap di sebelah barat sungai karena letaknya hanya bersebelahan dengan Kadipaten Ayah, maka Pangeran Suranegara memberi nama tempat tersebut dengan nama Grumbul Mertangga yang artinya pindah ke tetangga.

Selanjutnya Pangeran Suranegara dan keluarga serta prajuritnya menetap di Grumbul Mertangga dan mendirikan padepokan di tempat tersebut. Untuk mengenang peristiwa yang memalukan maka Pangeran Suranegara menanam pohon asem di depan padepokan sebagai pertanda bahwa Pangeran Suranegara merasa sangat lingsem (malu) diperlakukan oleh adiknya, sehingga ia dikenal dengan Panembahan Asem Mertangga. Sampai sekarang pohon asem tersebut masih tumbuh kokoh berumur ratusan tahun terletak di Grumbul Mertangga (sekarang Dusun Mertangga).

Panembahan Suranegara adalah orang yang berbudi luhur dan sakti mandraguna berkat seringnya melakukan tirakat / tapa brata adapun tempat yang sering digunakan untuk bertapa yaitu “Platar Tengah” atau Pulau Momongan sekarang.

 Seiring berjalannya waktu Pangeran Suranegara dan keluarga karena kesabaran dan ketabahannya serta dibantu oleh para prajuritnya berhasil membangun grumbul tersebut menjadi sebuah Dusun Mertangga dan menjalanani kehidupan yang bahagia. Salah satu kebiasaan Pangeran Suranegara adalah menyaksikan pagelaran tari Ledek (Lengger) setiap habis panen rendeng hari Kamis Wage/Jumat Kliwon bertempat di padepokannya (sampai sekarang warga Dusun Mertangga masih melestarikan budaya Merdi Bumi dengan tari Ledek Lengger).

Pada suatu waktu saat tiba perayaan syukuran dengan menggelar kesenian tari Ledek (Lengger) maka para tetangga/warga khususnya perempuan diundang ke padepokan untuk mempersiapkan acara tersebut dengan memasak hidangan perayaan, salah satunya memasak nasi. Namun entah mengapa setiap nasi yang dihidangkan dan dicicipi oleh Pangeran Suranegara selalu terasa kemlethis (keras setengah matang). Begitu seterusnya setiap Pangeran mengambil (njiot) nasi selalu terasa kemlethis, maka untuk mengingat peristiwa tersebut Pangeran Suranegara memberi tetenger (nama) suatu saat desa ini diberi nama Desa Jetis. Grumbul Mertangga (Dusun Mertangga) Desa Jetis dengan dipimpin Pangeran Suranegara terus berkembang, sehingga terdengar sampai ke Raden Dipanegara, Adipati Ayah, yang juga adalah adik kandung dari Pangeran Suranegara.

Raden Dipanegara/ Adipati Ayah menyadari bahwa sebetulnya yang berhak menjadi Adipati Ayah menggantikan ayahnya adalah kakaknya yaitu Pangeran Suranegara, tetapi karena terus dipengaruhi oleh istrinya yang membisikkan pengaruh tidak baik dengan mengatakan bahwa suatu saat Pangeran Suranegara dengan para prajuritnya akan merebut kembali Kadipaten Ayah dari Raden Dipanegara. Oleh karena itu sebelum Pangeran Suranegara merebut Kadipaten kembali lebih baik mereka dimusnahkan saja. Seperti itu bisikan dari istri Raden Dipanegara. Akhirnya Raden Dipanegara menyetujui saran dari istrinya dan mengirimkan para prajuritnya dibantu oleh Gerombolan Krajiman (makhluk halus) yang dipimpin oleh istri Adipati menuju Padepokan Asem Mertangga. Maka terjadilah perang hebat antara prajurit Suranegara dan prajurit Kadipaten Ayah.

Singkat cerita Pangeran Suranegara gugur di padepokannya sendiri dan dimakamkan di suatu alas (hutan) yang selanjutnya diberi nama makam Alas Tua yang terletak di Desa Jetis Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap. ( Disusun kembali oleh H. Muharno, SE, Kepala Desa Jetis. 17 Juli  2019 ).

Form Komentar

Nama
Telp./HP
E-mail

Komentar

Kirim Komentar

Captha
Matematic

Komentar Facebook

Aparatur Desa

Kepala Desa

MUHARNO, SE

HENDRI YULIANTO

HENDRI YULIANTO

SEKRETARIS DESA

SADIMAN

SADIMAN

KAUR UMUM DAN PERENCANAAN

SAMINGIN

SAMINGIN

KAUR KEUANGAN

MASIMAN

MASIMAN

KASI PEMERINTAHAN

SAJIYANTO

SAJIYANTO

KASI KESEJAHTERAAN

NASIR

NASIR

KASI PELAYANAN

SUYANTO

SUYANTO

KADUS I (MERTANGGA)

DANIS PRATAMA

DANIS PRATAMA

KADUS II (JETIS)

NGADIMIN

NGADIMIN

KADUS III (SIKUDI)

SALIMAN

SALIMAN

KADUS IV (SITARA WETAN)

S A M A N

S A M A N

KADUS V (SITARA KULON)

LEDI MARYANTO

LEDI MARYANTO

KADUS VI (SIRENDENG)

SAIRUN

SAIRUN

KADUS VII (SIMERAK)

KADIR LINGSENG

KADIR LINGSENG

KADUS VIII (PEJATEN)

MARSIYARYANI

MARSIYARYANI

STAFF SEKSI KESEJATERAAN

MUSTOFA

MUSTOFA

STAFF SEKSI PELAYANAN

SLAMET

SLAMET

STAFF URUSAN UMUM

Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri

Desa Jetis

Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Statistik Pengunjung

Hari ini:111
Kemarin:90
Total:43.734
Sistem Operasi:Unknown Platform
IP Address:216.73.216.114
Browser:Mozilla 5.0

Transparansi Anggaran

APBDes 2024 Pelaksanaan

Pendapatan

AnggaranRealisasi
Rp 3.076.878.600,00Rp 3.082.254.278,00

Belanja

AnggaranRealisasi
Rp 3.076.842.696,00Rp 3.071.984.696,00

Pembiayaan

AnggaranRealisasi
Rp 2.569.896,00Rp 2.569.896,00

APBDes 2024 Pendapatan

Hasil Usaha Desa

AnggaranRealisasi
Rp 413.600.000,00Rp 415.500.000,00

Hasil Aset Desa

AnggaranRealisasi
Rp 92.000.000,00Rp 92.000.000,00

Swadaya, Partisipasi Dan Gotong Royong

AnggaranRealisasi
Rp 31.000.000,00Rp 31.000.000,00

Lain-lain Pendapatan Asli Desa

AnggaranRealisasi
Rp 67.528.800,00Rp 71.726.639,00

Dana Desa

AnggaranRealisasi
Rp 1.369.252.000,00Rp 1.369.252.000,00

Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi

AnggaranRealisasi
Rp 122.842.000,00Rp 122.842.000,00

Alokasi Dana Desa

AnggaranRealisasi
Rp 663.050.000,00Rp 663.050.000,00

Bantuan Keuangan Provinsi

AnggaranRealisasi
Rp 265.000.000,00Rp 265.000.000,00

Bantuan Keuangan Kabupaten/kota

AnggaranRealisasi
Rp 50.000.000,00Rp 50.000.000,00

Bunga Bank

AnggaranRealisasi
Rp 2.605.800,00Rp 1.883.639,00

APBDes 2024 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa

AnggaranRealisasi
Rp 1.405.122.696,00Rp 1.402.289.696,00

Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

AnggaranRealisasi
Rp 1.327.820.000,00Rp 1.325.795.000,00

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan

AnggaranRealisasi
Rp 75.500.000,00Rp 75.500.000,00

Bidang Pemberdayaan Masyarakat

AnggaranRealisasi
Rp 106.000.000,00Rp 106.000.000,00

Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa

AnggaranRealisasi
Rp 162.400.000,00Rp 162.400.000,00

Lokasi Kantor Desa

Latitude:-7.71116973838607
Longitude:109.38055336475374

Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap - Jawa Tengah

Buka Peta

Wilayah Desa